"Tak perlu mendamba pada yang tak lagi damba, apalagi mencinta pada yang tak lagi cinta." Ujarnya kala itu disusul senyum simpul yang memperlihatkan lesung pipi di sebelah kirinya.
Gadis cantik dengan lesung pipi yang menghiasi senyumnya itu kini sedang patah. Hati dan jiwanya dirampok habis-habisan oleh seseorang yang tak bertanggung jawab. Ia terjebak dalam harapannya sendiri. Harapan yang seharusnya tak ia timpakan kepada makhluk.Dibalik rasa sakitnya, ia tak ingin berlama-lama meratapi luka. Kendatipun bayangan tentang seseorang itu tak jarang kembali menguak dalam khayalan. Memberi rasa gundah gulana pada hati mungilnya. Ia mencoba berdialog pada secarik kertas putih. Dirangkumnya dengan sempurna kisah perih yang telah ia lalui. Hingga suatu waktu, Ia lupa dengan deretan lukanya.
Ia berkali-kali terjebak dalam egonya yang begitu naif dalam menanggapi rasa. Kali ini, iapun berusaha keluar dari jebakan yang ia buat sendiri. Tak ada hal lain yang bisa ia lakukan selain berbagi pengalaman lewat sebuah tulisan. Agar kelak ketika orang-orang membacanya, mereka bisa mengelola dengan baik hikayat sang rasa. Pun agar tak mudah patah ketika takdir tak sesuai pinta. Kini, menulis telah menjadi bagian dari hidupnya. Di tengah kesibukannya dalam dunia pendidikan, ia selalu meluangkan waktunya untuk sekedar menggoreskan tinta pada halaman kosong sebuah buku.
"Berharap sama manusia itu memang menyakitkan" Ujarnya
"Sekarang jangan pernah berharap lebih, lebih baik jangan berharap sama sekali" Tambahnya lagi
"Aku orang yang gemar berharap dan belajar dari harapan, dan sering kecewa. Tapi bandel ingin berharap lagi" Tulisnya menutup baris terakhir pada halaman buku kali ini
Tuhan tak menciptakan sesuatu hanya untuk sia-sia. Segala ciptaan-Nya penuh dengan hikmah. Seperti ketika Tuhan menciptakan rasa sakit agar manusia bisa merasakan hakikat bahagia.
Kini gadis cantik nan lugu itu hampir sepenuhnya berdamai dengan lara. Meski terkadang rasa yang telah ia kubur dalam-dalam kembali muncul ke permukaan. Tetapi kali ini, ia sama sekali tak menghiraukan hal itu. Ia akan tetap menjalani hidup dengan penuh syukur kepada Tuhan. Sebab hanya karena-Nya lah ia bisa setabah dan setegar ini.