Postingan

Takdir Mimpi

Kejadian ini masih fresh, terekam sempurna di otakku.

Entah mau cerita ke siapa, yang pasti tidak ada yang percaya. Sejak kecil aku suka bercerita namun tidak didengar maka menuangkannya lewat tulisan adalah jalan ninjaku.

Titahku hanya dianggap hayalan imajinasi. Padahal aku tak bisa menangkalnya, karena ini bukan mauku juga, kejadiannya begitu cepat, mengalir begitu saja.

Akan ku ceritakan padamu, terserah mau percaya atau tidak. Aku hanya ingin menuliskan kisah ini agar tidak lupa.


____________________________________________


****

Sore itu, aku berada di sebuah ruangan kosong bersekat layaknya rumah, memiliki banyak kamar dan ruang-ruang kosong lainnya dengan luas bangunan 20x20 meter.  Tiap ruangan isinya kosong, belum diisi perabotan apa pun.

Sontak aku terdiam dan terduduk mematung memperhatikan orang asing, laki-laki dewasa sedang main voli sendirian di rumahku, ya sepertinya dan mungkin ini adalah rumahku. Karena aku tidak mungkin tiba-tiba ada dalam rumah orang lain dengan kondisi seperti bangun dari tidur.

Ruangan kosong ini luasnya kira-kira 9x9meter, seluas lapangan voli. Mungkin laki-laki asing itu adalah asisten baruku atau tukang bangunan yang baru selesai merenov rumah, pikirku.

Setelah bekerja, mungkin dia sedang bersantai dengan bermain voli, aku membatin.

Anehnya dia main sendirian, dengan lihai memantulkan bola itu ke dinding yang menghasilkan pantulan balik, lalu ia memantulkannya lagi ke lantai. Entah kenapa aku begitu dalam memperhatikan permainan tunggal itu.

Aku merasa ada yang ganjil ketika ia memantulkan bola itu ke lantai lawan, seolah ada yang mengoper melempar balik, bahkan sesekali melakukan pukulan smash. Wah kok bisa begitu? Pikirku dalam hati.

Aku di rumah tidak sendirian, masih ada kakak pertamaku (laki-laki) separuh baya usia 40th yang menemani tukang bangunan tadi. Namun kakakku hanya sekedar mandor.

Waktu menunjukkan pukul 18.00 sore hari, persis matahari mulai menghilang di bawah garis cakrawala di sebelah barat. Warna merah di langit berangsur menggantikan kegelepan, menunjukkan tanda malam telah tiba.

Tukang bangunan itu pun pulang bersamaan dengan kakakku. Tinggallah aku sendirian di rumahku yang bangunannya 2 lantai luas 20x20meter. Belum sempurna dibangun, dinding masih berlapiskan semen, dengan cahaya lampu remang-remang. Hanya ruangan utuh yang kosong, belum berisikan perabotan apa pun. 

Entahlah kenapa aku mau saja singgah di rumah yang belum jadi ini.

Entah kenapa pula hanya aku sendirian. Anggota keluargaku yang banyak itu, aku tak tahu rimbanya. Sepertinya aku ditinggal sendirian saat tidur, hanya ada kakakku dan dia pun sudah pulang ke rumahnya.


*****


Aku baru saja mengantarkannya sampai ke depan, lalu mengunci pintu dengan slot 2 kali, layaknya pintu rumah biasa. Karena pikirku aku sendirian di rumah jadi lebih baik aku kunci dari dalam.

Kemudian aku masuk ke kamarku dan duduk sendirian, melamun lagi, memikirkan betapa ganjil nya permainan voli tunggal tadi. Entahlah, belakangan ini aku jadi sering melamun.

Trap... trapp...

Terdengar derap kaki melangkah mengendap-ngendap menuju kamarku. Tanpa kusadari sosok Ayukku (perempuan) usia 31 tahun, tiba-tiba sudah berada di hadapan membuyarkan lamunanku.

Dia tersenyum tipis tanpa bicara. Aku tanya "Dari mana Yuk?" Hanya senyuman ganjil yang menjawabnya.

Ah, aku pikir mungkin Ayukku dari tadi ada di ruangan sebelah, bukan dari luar, kataku menghibur diri. Namun mengapa dari tadi dia hanya diam saja dan memandangiku dengan tatapan aneh, serta senyum yang lama-lama seperti joker.

Aneh, perasaan ku tak enak, kalau dia dari luar rumah, dan dari tadi hanya ada aku sendirian, lalu bagaimana mungkin dia bisa masuk padahal pintu sudah terkunci rapat. Aku tak berani bilang dan tak menunjukkan kalau aku sebenarnya sedang mengalami mini heart attack, curiga bahwa dia bukanlah Ayukku sungguhan.

Bulu kudukku seketika berdiri, namun aku berusaha tetap tenang, aku coba berpikir mencari cara agar tetap waras.

Aku coba meminjam HP nya. Dia hanya diam saja dan terus menatap wajahku dengan senyuman yang dingin tapi menusuk.

Aku berdalih mau minta hotspot karena tidak ada kuota, kataku beralasan, padahal di sisi lain aku sedang gemetar berusaha chat WA Ayukku yang ada di depanku ini.

"Yuk, lagi di mana?"

"Luar, kenapa?"

"Coba pap, sama siapa?"

1 foto masuk menampilkan Ayukku bersama anaknya sedang jalan-jalan.

Deg, jantungku memompa lebih cepat saat melihat foto itu. Nafasku memburu tak karuan, lalu siapa yang di hadapanku sekarang ini? Jin yang sedang menyamar sebagai Ayukku kah? Aku sedikit ketakutan.

Aku meminta dia pergi untuk mengambil HP nya, dia pun pergi keluar kamarku. Diam-diam aku membuntutinya dari belakang, kulihat kakinya tidak menyentuh tanah alias seperti berjalan pakai sepatu roda transparan.



Mataku terbelalak, kaget dan hampir teriak melihat cara jalannya seperti itu. Cepat-cepat aku membungkam mulut dengan kedua tanganku. Aku makin jeri melihatnya. Batinku tak bisa berkhusnudzan lagi.

Aku bergegas belok ke pintu utama arah keluar. Aku ingin segera pergi dari rumah kosong ini. Langkahku tercekat saat dia tiba-tiba menoleh ke arahku dengan senyuman yang menyeramkan. 

Langkahku semakin melambat padahal sedikit lagi sampai depan pintu. Dia pelan-pelan mendekatiku dan berusaha menahan langkahku. Aku bilang, aku mau beli kuota, karena panik jadi susah sekali membuka pintunya. Nafasku tersengal, keringat kecil mulai mencucur dan semakin gugup saat melihat dia hampir mendekatiku, blug,  tiba-tiba kuncinya jatuh.

Alamak kenapa susah sekali ini. Aku semakin deg-degan dan panik. Setelah berusaha keras selama 2 menit, krek akhirnya terbuka juga. 

Aku hampir meloncat ketika pintu terbuka, dengan segera aku berlarian menelusuri jalan sore menjelang magrib dengan suasana jalan yang seperti pasar. Banyak orang berlalu-lalang, kendaraan macet para pegawai pulang kerja. Aku berlari kecil sambil menelpon Ayukku. Panggilanku tak terjawab sampai 3 kali, tuuut akhirnya tersambung.

"Halo?! Yuk, to- to, tolong"...rintihku dengan nada panik.

"Ada apa?!", katanya dari seberang telepon.

Suaraku tercekat dan bergetar menahan tangis, "To- tolong, di rumah ada hantu yang menyerupai Ayuk."

"Ha? Kamu sedang melawak?"

"Beneran Yuk, sumpah ga bohong", akhirnya tangisku pecah"

"Terus kamu di mana sekarang?"

"Aku kabur ke jalan raya untuk menghindarinya"

"Ya sudah, kamu ke sini saja sekarang", sambil mengirim lokasi terkininya.

"I-i iya yuk.." kataku dengan suara bergetar sambil terisak.

Bisikku pada diri sendiri, apa-apaan ini hidup bergenre seperti film horor, padahal baru saja kemarin aku ingin men-challenge diri sendiri untuk pergi nonton horor di bioskop sendirian karena nyali yang kumiliki cukup besar. Huft, kataku menggerutu pada takdir.

Tak lama, aku tersadar dari lamunanku. Aku merasa ada sesuatu yang menarik tubuhku dengan kecepatan dan kekuatan paling super, bercahaya putih terang. Aku dibawa ke dimensi lain.

Plashhh...

Tiba-tiba aku berada di atas sebuah kasur kecil seukuran badan, kasur yang selalu menemani tidurku tiap malam. Ternyata aku sudah berada di rumah normal dengan anggota keluarga yang lengkap. Saat itu aku baru sadar sungguhan dan terbangun di dunia nyata. Oh rupanya kejadian tadi hanya mimpi. Syukurlah, batinku. 



TAMAT.



Epilog

Cieee.. kamu baru saja membaca perjalanan takdir mimpi, setelah mimpi buruk itu, apakah aku akan tetap melaksanakan challenge yang baru kemarin aku utarakan pada teman yang baru saja aku kenal?

Jawabannya belum tahu. Meskipun ia sudah mengingatkan dan melarangku agar membatalkan misi ku, karena dia sendiri sudah mengalaminya. Dia bercerita kalau dia sudah pernah coba dan seluruh badannya bergetar hebat serta merinding, kemudian dihantui hal-hal buruk.

Ah semoga itu tidak terjadi padaku, coba saja. Bukan sok berani, atau petantang-petenteng. Tapi mau menguji adrenalin lewat jumpscare film horor yang menurutku itu seru.

Hi, lama tak berjumpa lewat tulisan, karena hari-hariku selalu sibuk dan padat akan kegiatan full day. Alhamdulillah sekarang akhirnya bisa menulis lagi karena sedang libur hari raya dan kebetulan banyak sekali yang dipikirkan di kepala dan harus teruraikan.

Semoga setelah ini akan ada kisah menarik yang semoga saja penulisnya ini tidak mengalami moody-an. Doakan penulis horor ini bisa terus semangat menuliskan kisah seru yang entahlah bisa diambil manfaatnya atau tidak. Setidaknya bisa mengurangi beban pikirannya sendiri, hehe.

See u in the next story, readers!

Posting Komentar