Postingan

Secangkir Rindu di Ujung Sujud

Langit malam di pesantren nampak cerah. Seperti namanya Aylin Nazli Humeyra, berarti “cahaya bulan yang anggun dan penuh kemewahan”, melihat bintang-bintang bertaburan menebar cahaya seolah mengelilingi sang bulan,  namun di dalam hati gadis itu, ada kerinduan yang tak terlukiskan. Angin dingin berhembus pelan, menyusup masuk melalui celah jendela asrama. Di atas sajadahnya, Aylin menengadah, tangannya yang gemetar terangkat perlahan, membentuk doa yang ia simpan sepanjang hari.

Hari yang dikenal sebagai hari ibu pada tanggal 22 Desember 2024 ini,  Di pesantren tahfidz yang menjadi rumah kedua bagi Aylin, sepertinya tidak ada perayaan khusus untuk menyambut hari ini, Rutinitas harian tetap berjalan seperti biasa. Para santri nampak sibuk dengan hafalan, kajian kitab, dan ibadah. Namun, walaupun begitu, Aylin tidak bisa mengabaikan gemuruh rindunya. Ia adalah seorang mahasiswi semester lima yang juga memilih tinggal di pesantren untuk memperkuat hafalan Al-Qur’annya. Dua dunia yang ia jalani beriringan, dengan semangat yang ia warisi dari sosok paling istimewa dalam hidupnya yakni ibunya.

Setelah shalat Isya berjamaah, Aylin kembali ke kamarnya yang berada di lantai tiga. Di atas meja hijau di sudut ruangan, ia mengeluarkan secarik kertas dan sebuah pena yang ia beli di kantin asrama, dan memutuskan menulis surat untuk ibunya. Ia tahu surat itu mungkin tidak akan sampai di hari ini, tetapi baginya, setiap kata yang ia tulis adalah pelipur rindunya.

Dear Ibu,

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh! Apa kabar, Ibu? Semoga sehat selalu,  bahagia, dan berada dalam lindungan Allah. Ibu tahu? Ini adalah hari yang spesial, karena hari ini, pada tanggal 22 Desember adalah sebuah hari yang dikenal sebagai  Hari Ibu, dan di sini Aylin ingin mengucapkan terima kasih atas semua yang ibu berikan. Maaf jika belum bisa pulang dan bertemu ibu. Rutinitas di pesantren dan tugas kuliah cukup padat. Akan tetapi didalam sujud, Aylin akan selalu mendoakan ibu disetiap waktu.

Ibu! Aylin tidak akan lupa disaat masih kecil, ibulah yang selalu menyuapi Aylin dengan penuh kasih sayang,  ibu juga yang mengajarkan Aylin huruf hijaiyah pertama kali sebelum masuk ke TPA. Dan disaat mulai menghafal Al-Qur’an, ibulah orang yang pertama kali mendengar bacaan Aylin, bahkan disaat belum lancar melafadzkan kalamullah,  Sekarang Aylin ingin mempersembahkan hafalan ini untuk ibu. Semoga nanti, di akhirat, Allah mempertemukan kita kembali dalam keadaan yang jauh lebih indah.

Ibu! Aylin rindu melihat senyum ibu, dan rindu menatap wajah teduhmu, tapi Aylin yakin, ibu pasti bahagia melihat Aylin terus berusaha menjadi anak yang lebih baik. Doakan Aylin ya, agar kuat menjalani semuanya.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Anakmu yang selalu mencintaimu, Aylin.

Air mata Aylin  menetes perlahan di atas kertas itu. Ia melipat suratnya dan menyimpannya di dalam Al-Qur’an biru yang selalu ia bawa. Secangkir rindu yang ia tuangkan adalah harapan agar kasih ibu tetap hidup dalam setiap doa yang ia titipkan. Malam semakin larut, dan dia memutuskan untuk melanjutkan hafalannya. Tanpa disengaja waktu pertama kali membuka al-Quran, ayat yang muncul dalam mushaf itu adalah surah Maryam, surah yang selalu mengingatkannya pada perjuangan seorang ibu. Di bacanya surah itu beserta artinya.

Saat ia sampai pada ayat tentang Maryam yang melahirkan Nabi Isa dengan penuh kesabaran, tangis Aylin kembali pecah dan kerinduannya semakin membuncah, Ia teringat perjuangan ibunya yang bekerja keras untuk membiayai pendidikannya. Ibunya bukan hanya ibu rumah tangga, tetapi juga seorang petani dan penjual makanan kecil di kampung mereka. Aylin tahu betapa besar pengorbanan ibunya agar ia bisa berada di posisi ini, menjadi seorang mahasiswi dan calon hafidzah.

Setelah selesai mengulang hafalannya, Aylin kembali bersujud. Dalam sujudnya yang panjang, ia berdoa dengan segenap hati, "Ya Allah, jagalah ibuku, jagalah kedua orang tuaku, Berikanlah ia kesehatan, kebahagiaan, dan keberkahan hidup. Jadikan aku anak yang mampu membahagiakannya di dunia dan akhirat."

Keesokan harinya, Aylin terbangun dengan semangat baru. Ia memutuskan untuk menghubungi ibunya melalui telepon umum di pesantren. Suara ibunya yang lembut menyambut di ujung telepon.

"Assalamu’alaikum nak! Aylin apa kabar?"

"Wa’alaikumussalam, ibu. Alhamdulillah, Aylin baik. Ibu sehat?"

"Alhamdulillah, ibu sehat. ibu kangen sama Aylin."

Mendengar hal itu, Aylin menahan isak tangisnya. "Aylin juga kangen sama ibu, Selamat Hari Ibu!. Maaf jika Aylin belum bisa pulang. Tapi ibu jangan khawatir, Aylin akan selalu mendoakan ibu di sini, titip salam buat ayah yaa"

"Terima kasih, Nak. Doa Aylin adalah hadiah terindah untuk ibu," jawab ibunya dengan suara yang terdengar bahagia.

Percakapan singkat itu cukup untuk menghangatkan hati Aylin, Ia kembali ke asramanya dengan senyum. Meskipun jauh, ia tahu bahwa cinta dan doanya selalu sampai kepada ibunya. Di hari itu, ia kembali melanjutkan hafalannya, dengan keyakinan bahwa ia tidak sendiri. Ada cinta seorang ibu yang selalu menyertainya, dan ada Allah yang menjaga mereka berdua.

Secangkir rindu di ujung sujud itu kini terasa manis, mengisi kekosongan hatinya dengan harapan dan cinta yang abadi.


SELAMAT HARI IBU

22 Desember 2024

 

Convinced

Posting Komentar