Postingan

Beauty Privilege


Terlepas dari pembahasan dikotomi kendali, kali ini muncul sebuah problem yang sudah akrab di kehidupan remaja. Pernahkah kalian mendengar sebuah ucapan "cerewet banget sih lo! untung cantik" atau "Ih kasar banget untung ganteng" What this? Beauty privile? Apakah sebuah keuntungan umum dalam hidup yang dimiliki orang-orang yang berpenampilan menarik secara fisik dibandingkan orang-orang yang kurang menarik?

Bayangkan saja, ketika yang di hadapannya adalah seseorang yang biasa-biasa saja (medium ugly). Pastinya orang-orang akan berucap "Cerewet banget sih lo, mending kalo cantik" atau "udah muka pas-pasan, kasar pula". Seakan-akan semua orang memaklumi perbuatan buruk yang dilakukan oleh orang cantik atau cakep dan menjugde setiap perbuatan buruk jika pelakunya adalah orang yang biasa-biasa saja (medium ugly).

Stigma "Beauty Privilege" ini ada sisi negatif dan sisi positifnya. Ibaratnya dunia pasti ada gelap dan ada terangnya. Misal, untuk sisi positifnya, dia menjadi lebih termotivasi dalam merawat diri, memperhatikan penampilan dan sadar bahwa hal tersebut merupakan wujud seseorang dalam menghargai dirinya, lebih mudah diterima di lingkungan baru, lebih diistimewakan, dielu-elukan, orang lebih terbuka ke dia, willingness to help ke dia lebih tinggi, every mistakes dianggap lebih enteng atau lebih mudah dimaafkan oleh orang lain.

Sedangkan sisi negatifnya, mereka memandang orang lain lebih rendah, abusing attractiveness mereka untuk menutupi GAP (celah) ketidakmampuan skill, orang-orang nimbrung dan mendekat ke mereka cuma biar bisa panjat sosial, dicap beauty outside empty inside, dan masih banyak lagi.

Tidak jarang orang yang tidak mendapat privilege mengalami kekerasan verbal seperti sering diacuhkan, tidak dianggap, dicuekin, direndahkan, dibuli dan dipandang sebelah mata oleh orang lain. Jika hal ini terjadi, maka bisa jadi mereka akan mengalami gangguan kesehatan mental, seperti merasa insecure atau tidak percaya diri, overthinking, stress, dan bahkan depresi.

Sejak kecil aku suka nonton dongeng, barbie atau disney yang kebanyakan tokoh utamanya cantik. Kalau si tokoh utama jelek pasti ujung ujungnya jadi cantik, terus hidup bahagia.
Jadi yang tertanam di otakku saat itu adalah "kalau mau hidup enak harus jadi cantik dulu"

Nice. Isu ini emang benar-benar terjadi di masyarakat. Dalam berkarir, orang yang lebih cakep lebih gampang mendapatkan pekerjaan bahkan digaji lebih tinggi. Padahal kalau berdasarkan studi kadang mereka itu nggak lebih pintar, nggak lebih produktif ataupun nggak lebih mahir daripada yang biasa-biasa saja. Tetapi, karena orang yang cakep itu punya self-confidence yang lebih tinggi akhirnya mereka kelihatannya lebih kompeten.

Layaknya isu sosial lain, beauty privilege ini sebenarnya tidak berdiri sendiri melainkan intertwine (berjalin) dengan isu-isu yang lain. Maksudnya, di masyarakat itu umumnya yang dianggap cantik adalah orang yang berkulit putih, kurus dan tinggi. Biasanya perempuan yang feminim akan dianggap lebih cantik, dan laki-laki yang maskulin akan dianggap lebih cakep. Sehingga muncullah privilege kepada orang-orang yang dijadikan sebagai standar kecantikan oleh masyarakat.

Membahas mengenai privilege, sebenarnya cukup sulit sebab orang-orang yang punya privilege biasanya tidak sadar kalau dia punya, ibaratnya dia itu "abu-abu banget". Mengapa? karena kalau yang buka suara adalah orang yang cantik dia mungkin akan dianggap kepedean, tapi kalau yang buka suara adalah orang yang jelek atau medium ugly dia malah dianggap salty ke orang cantik. Di satu sisi takut dianggap kepedean, satu sisi lainnya dianggap julid ke yang cantik. I've tried to speak up as a "cewek jelek" beneran dianggap salty dong hahaha.

Dan secara umum sebenarnya kalau kita membicarakan tentang privilege, kita tidak bisa mengukur secara rata bahwa si individu ini hidupnya akan enak terus dan gampang karena fisiknya sempurna.

Beauty privilege berpengaruh kepada semua orang, baik laki-laki maupun perempuan. Mereka bisa merasakan dampaknya. Hanya saja, pengalaman perempuan cantik bisa jadi berbeda dengan pengalaman laki-laki ganteng. Dan pengaruh beauty privilege ini lebih besar dampaknya ke perempuan, karena secara umum, perempuan lebih sering dijudge penampilannya dan lebih sering di objektifikasi.

"Laki-laki misalnya dari fisik biasa-biasa saja masih bisa ditolerir apalagi kalau dia tajir" ujar sebagian perempuan. Bahkan orang-orang yang goodlooking lebih punya banyak kesempatan dalam berbagai aspek ketimbang yg engga. Miris, but It's fact.
"Otak lu emang hebat tapi kita juga butuh penampilan menarik lu" Kira-kira begitu kalimat yang ada di film Imperfect.

Beauty privilege ini suatu hal yang sering sekali ditemui di masyarakat. Media juga menjadi salah satu hal yang benar-benar membuat orang ingin menjadi cantik atau istilahnya ngomporin, seakan-akan fisik itu segalanya. Tetapi jangan salah paham, menurutku penampilan juga penting apalagi untuk first impression ke orang lain atau orang baru.

Oh iya, beauty privilege ini juga memang dari dulu sudah banyak dibahas, contohnya drama Korea yang waktu itu sempat rame, True Beauty. Pemeran utamanya yang dulu dibully, tetapi ketika sudah tahu make up jadi dapat privilege. bahkan ada dialog dia yang isinya "ternyata enak ya jadi cantik, nggak perlu cari temen, pasti disapa duluan." menurutku ini tidak salah, bahkan terjadi di dunia nyata. Intinya setiap orang itu ingin di accept sama society mereka. Dan, alasan orang orang mau jadi cantik atau punya beauty privilege supaya mereka bisa diterima di lingkungannya.

Tetapi, kita juga tidak bisa selalu memproyeksikan rasa tidak aman kita pada orang-orang yang memiliki "beauty privilege". Mengapa? karena hal itu bukan sepenuhnya salah mereka ketika diperlakukan lebih baik oleh lingkungan. Bahkan terkadang, kebanyakan cewek cantik malah dianggap nggak bisa ngapa-ngapain. Celotehan seperti "wah keren udah cantik bisa masak pula" atau "wah ternyata pinter ya? padahal cantik." Hey, menjadi cantik tidak sama dengan menjadi bodoh.

Faktanya dampak dari beauty privilege ini orang-orang hanya sibuk mempercantik diri sampai melupakan betapa perlunya mempercantik hati. Padahal cantik paras itu relatif dan akan memudar seiring berjalannya waktu, sedangkan cantik yang terpancar dari hati yang bersih akan melekat sampai akhir waktu. Banyak orang cantik tetapi hatinya tidak memancarkan kecantikan, banyak pula yang parasnya biasa-biasa saja namun memancarkan aura positif. Belajarlah untuk tidak memandang orang lain sebelah mata don't judge by the cover.

Al-Faqirah

1 komentar

  1. Betul itu jangan liat orang dari penampilannya, mungkin dia kalem ternyata dia wujud asli Barong sai🄲