Misteri

Ini kisah nyata yang dialami oleh gadis bermata cokelat bernama Ayesha (nama samaran). Sebenarnya nama asli dia adalah doa dari nama yang diberikan oleh Ayahnya. Yaitu anugerah dari Tuhan, mata yang bercahaya.

Dibalik mata itu, dia bisa melihat dalam keadaan gelap sekalipun. Contoh memakai helm dengan kaca miror gelap pada malam hari dengan keadaan tertutup. Lalu melihat layar handphone night mode pada siang hari dengan kontras paling rendah. (Ah semua orang juga bisa kali).

Ada sesuatu dibalik matanya yang membuat sejuk kala dipandang, apalagi kalau terkena sinar matahari langsung membuat warna matanya jadi cokelat terang. Sebagian orang iri padanya karena seperti menggunakan softlens, padahal dibalik itu, ada orang lain yang tidak tahu bahwa mata gadis ini punya penyakit, yaitu insomnia. (Sulit tidur).

Setiap hari Ayesha selalu tidur larut malam. Ia tahu begadang itu tak baik untuk kesehatan. Namun bagaimana pun, sejak kecil, tidur adalah kegiatan yang sulit dilakukan olehnya. Bahkan dia iri pada orang yang bisa tidur cepat. Sesekali dirinya pernah tidur lebih cepat saat sedang lelah atau gara-gara sebelumnya kurang tidur.

Di keheningan malam pukul 00.30 dini hari. Susana sepi sunyi, gelap, semua lampu sudah dimatikan sejak tadi. Tak ada bunyi apapun selain desing kipas dengan kecepatan paling tinggi yang terdengar beradu karena beberapa ruangan semuanya menggunakan kipas.

Gadis itu tak suka kipas angin saat  tidur. Daripada kedinginan saat terbangun, ia lebih suka kepanasan agar besok pagi saat bangun ia merasa panas dan langsung mandi. Setidaknya dia punya prinsip kalau terpampang kipas angin ketika tidur itu tidak baik untuk kesehatan. Lagipula ia merasa pusing dan kebas jika lama-lama terkena angin yang dihasilkan oleh kipas angin. Bukannya sejuk, malah terasa hawa panas baginya. 

Sejak kemarin malam, gadis itu pindah kamar, karena ibunya sudah kembali ke rumah  setelah satu bulan menginap  di rumah anak pertamanya yang baru saja melahirkan. Sebelumnya dia tidur di ruang tengah, kini mesti pindah di kamar kakaknya. Bukan di ranjang, tapi tidur lesehan menggunakan kasur busa.

Di kamar, di samping tempatnya berbaring, ada lemari buku ukuran sedang yang berisi kumpulan buku pelajaran bekas kakaknya, buku dirinya, dan buku pelajaran adiknya. Buku cetak tebal tingkat SMA. Beberapa buku tersebut disusun berdiri menghadap depan, bukan ke samping seperti biasanya, karena tidak muat. 





Ayesha masuk kamar bersiap-siap tidur ketika pukul 22.00 ia mulai membentangkan kasur lalu rebahan sambil main handphone.

Kemarin malam, ia sibuk menulis sampai jam dua pagi, matanya tidak bisa tidur hingga mendekati subuh barulah ia terpejam sebentar. Ayesha suka membaca dan menulis, namun hobi sebenarnya adalah melukis.

Saat Ayesha sedang asyik scroll Instagram lalu  membaca cerita dari web, dia mendengar sesuatu. Bunyinya samar tidak terlalu jelas, jauh terdengar. Entahlah itu suara tangisan sayu atau bunyi aneh apa, dia tak terlalu menghiraukannya. Tapi dia langsung mengubah posisi tidur saat itu juga. Sebelumnya menghadap pintu yang terbuka, halusinasinya tidak enak, seperti ada yang lewat melintas cepat, lalu dia mengubah posisi tidur jadi menghadap lemari rak buku. Pikirnya lebih aman menghadap sini, dibawah spring bed kakaknya.

Satu jam kemudian setelah pindah posisi, dalam nuansa gelap dan mistis, kejadian yang sama terulang lagi sama seperti kemarin. Buku itu tiba-tiba jatuh sendiri ke lantai, tepat dihadapannya hanya berjarak 10cm. Ini adalah kali ketiga Ayesha dibuat terkejut oleh buku yang tiba-tiba jatuh sendiri di depan wajahnya saat keluarganya sudah terlelap. 

Selama ia berbaring mulai dari jam 22.00 kenapa buku itu harus jatuh ketika pukul 00. 30?  Dari 24 jam yang ada, seharian ini, mengapa selama itu tidak ada yang jatuh kecuali pada pukul yang sama seperti kemarin? Kali ini bukan cuma satu buku yang jatuh tapi dua, jatuh secara bertahap.

Karena kesal, merasa dikerjai, Ayesha menjatuhkan semua buku yang berdiri menghadap depan dengan merobohkannya mendatar agar tidak ada drama buku yang jatuh lagi.

Ia coba periksa dengan flash handphone namun tidak ada apa-apa di sana. Tidak ada sesuatu yang menyebabkan buku tersebut jatuh. Mau menyalahkan angin? Angin tak punya KTP. Maksudnya kipas angin tersebut tidak mengarah ke lemari atau ke arahnya berbaring di bawah.

Lantas kenapa bukunya tiba-tiba jatuh? Bukunya termasuk berat. Buku cetak pelajaran tingkat SMA.

Apa mungkin sudah waktunya jatuh? Kenapa tidak dari tadi saja? Dua jam setengah, selama ia berbaring di sini, buku tersebut menjatuhkan diri tepat dihadapan wajahnya saat menghadap kanan.

Kemarin malam, waktu dirinya pindah kamar, kejadian seperti ini juga dialaminya pada waktu yang sama. Awalnya gadis itu cuek saja karena saat itu dia sedang asyik menulis cerpen sampai tidak bisa tidur lagi hingga menjelang waktu subuh. Malam ini terulang lagi, ia merasa penasaran akan hal ganjil tersebut.

"Kenapa pada saat aku sendiri? Saat orang lain sedang tidur, tidak ada angin tidak ada sesuatu yang memungkinkan, kenapa buku tebal itu jatuh sendiri tepat di hadapanku saat aku berbaring menghadap kanan? Kenapa harus jatuh pada pukul yang sama seperti kemarin? Apakah mungkin ini karena ulah hantu? " Ayesha membatin, lalu bergidik dan mencoba tidur walau susah.

Banyak pertanyaan yang muncul di otaknya. Kemudian ia istighfar sambil menyalakan murottal surah al-Mulk agar bisa tertidur. Ia sebenarnya tidak takut akan hal ghaib, justru penasaran. Tapi kali ini dia tidak mau menantang lagi karena trauma masa kecil.

Bagaimana pun, hantu itu tidak ada. Yang ada hanyalah ampas kehidupan, roh tak berwujud, hanya mempunyai jiwa tanpa jasad, tak berwarna juga tak berbentuk. Kira-kira begitulah kutipan yang terngiang di otak Ayesha dari tulisan Ayatsuji Yukito dalam novel Another yang dibacanya beberapa hari lalu. Setidaknya membuat Ayesha jadi lebih berani.

Ayesha mencoba tidur namun matanya susah diajak kompromi. Yang membuatnya susah tidur adalah dirinya suka kopi, walau tidak banyak, hanya beberapa tegukan dari kopi yang dibuat adiknya, itu sangat mempengaruhinya.

Mungkin sekitar pukul satu dini hari Ayesha baru mulai terlelap. Kalau bukan karena dikagetkan buku yang jatuh, Ayesha tak akan memaksakan diri untuk tidur lebih cepat. Baginya jam 12 ke atas itu adalah jam tidur yang cepat.

Entah apapun itu yang menyebabkan buku tersebut jatuh, yang Ayesha lakukan adalah berbaring menghadap kiri tidak mau menoleh kanan, karena khawatir buku lainnya akan jatuh secara tiba-tiba di depan wajahnya, walaupun buku yang terletak paling bawah sudah ia ubah posisi menjadi seolah jatuh semua, tak lagi berdiri menghadap depan.

"Semoga besok malam tidak ada lagi kejadian buku jatuh", bisiknya dalam hati.

Misteri ini belum terpecahkan. Masih menjadi teka-teki.

Keesokan harinya Ayesha baru sadar, dan teringat bahwa tiga hari yang lalu, saat dirinya masih tidur di ruang tengah sendirian, karena ibunya masih menginap di rumah kakak pertamanya, malam itu pula secara berturut, pada waktu yang sama, yaitu jam 12 keatas, kira-kira pukul 01.00 dini hari, Ayesha mendengar bunyi ketukan tiga kali selama beberapa kali lalu berhenti dengan sendirinya.

"Tek tek tek" 

"Tek tek tek"

(1 menit kemudian)

"Tek tek tek" 

"Tek tek tek tek"

Ayesha mendekati adik bungsunya yang belum tidur, saat saudaranya yang lain sudah terlelap.

"Dek, sini dulu, coba dengar, dari arah dapur, sepertinya di bawah kompor, dari tadi berbunyi tek tek tek" kataku mencoba menjelaskan.

"Ah kakak jangan menakutiku". jawabnya sambil berlindung ke arahku.

"Bukan apa-apa ini, coba kita cek, siapa tahu tikus atau bunyi gas". Kataku mencoba menghibur dan sok berani.

"Ya sudah, ayo kita lihat dan dengar"

Tiba-tiba bunyi yang tadi didengarnya hilang, sudah tidak ada lagi. Kami coba dengarkan dengan seksama, tapi bunyi itu benar-benar berhenti. Lalu kami kembali ke tempat tidur masing-masing.

Hari berikutnya, dini hari, saat semuanya sudah terlelap, suara itu kembali terdengar pada waktu yang sama.

"Tek tek tek"

"Tek tek tek"

"Tek tek tek"

Lalu hilang..

Ayesha hanya menoleh, dan tidak menghiraukan bunyi tersebut sambil asyik scroll sosmed.

Apakah ini ada hubungannya dengan buku yang jatuh?

Posting Komentar