Di Bawah Naungan Tuhan



Pada Senja ku berdiri, menatap langit dengan penuh kasih.
Sehimpun catatan tertata rapi, di bawah naungan sang Ilahi.

Pada malam ku bersujud, mengharap do'a kan terwujud.
Segala rasa yang terpaut, diri ini sangatlah takut.

Pada hati yang berusaha taat, terdapat banyak dosa dan maksiat.
Kepada-Nya lah kita bertaubat, agar selamat dunia dan akhirat.

Pada batin yang tersiksa, kecamuk hati tak dapat berkata.
Tengadahkan tangan untuk berdo'a, kepada Dia Yang Maha Kuasa.

Pada masalah yang tak kunjung usai, ada banyak rambut yang terurai.
Dari sekian banyak helai, lembar kehidupan takkan selesai.

Pada hati yang bergejolak, ada api yang melonjak.
Pada asmara yang ditolak, jangan sampai dukun yang bertindak.

Pada cinta yang terpendam, terdapat raga yang hampir tenggelam.
Secercah cahaya takkan padam, kepada mereka yang merasa tentram.

Pada jalan yang lurus ke depan, ada keinginan yang harus diwujudkan.
Ada banyak harapan, demi senyuman di masa depan.

Pada Arunika ku terbangun, ada mimik yang datar dan manyun.
Ketika kulihat wajah yang melamun, menatapmu hatiku tersenyum.

Pada kasih yang pamrih, terdapat kisah yang tersembunyi.
Ketika dua lembar telah resmi, kehadiranmu melengkapi hidup ini.

Pada sakit yang mencekat, ada lara yang begitu hebat.
Di balik hati yang tersayat, terdapat kata yang sangat melekat.

Pada lisan yang berucap, ada luka yang membekas.
Pada hati yang berharap, ada alasan tuk ikhlas.
Pecinta Goresan

1 komentar

  1. Melihat Senja dari gedung Lathifiyyah menjadi santapan favoritku sebelum berkelut dengan amanah selanjutnya yang telah menunggu.

    Dari negeri gandus aku melihat arunika yang sama tapi dengan rasa yang berbeda.

    Apa ini keindahan dari langit yang senantiasa di penuhi oleh kalam indah yang maha Kuasa? Entahlah, tunggu saja kelanjutannya sajak si bocah dari negeri Gandus