Membenahi Kalbu


 Bunyi tapak an kaki yang semakin dekat, pertanda penantian telah berujung.

Tertengok dipintu kaca, mulai menyapa dengan godaan manja.

Iya, itu beliau yang kehadirannya selalu ditunggu. Laki-laki berpeci dengan Style serba hitam pada malam itu.

Duduk sila di atas kursi lesehan, sambil berdo’a pembuka kajian

Sorotan mata yang tajam, menatap kami seakan tau yang sedang tersimpan dibenak. Seolah-olah bapak yang paham dengan kondisi anak gadisnya.

 Mata terpanah tertuju kepadanya, dengan seksama aku mendengarkan segala yang diucapkan, dari penjelasan ataupun kisah perjalanan hingga berada dititik ini. Terpukau itu pasti, dan terlintas muncul keinginan sepertinya.

Sampai disuatu momen, diri tak sadar menumpahkan air mata lantaran kalimat yang terlontar, bak Anak panah yang terlepas dari busurnya.

Masih terngiang dikepala kalimat manis yang dihaturkan “Teruslah berbuat baik, perihal mereka yang tak suka sehingga melakukan hal yang tak layak, tak usah dipikirkan biarkan perbuatan mereka tanggung jawab mereka, tugas kita hanyalah untuk terus berbuat baik !”.

Sejak saat itu, pola pikirku mulai berubah. Seseorang yang selalu perhitungan dengan manusia, berbuat baik hanya ketika orang tersebut berbuat baik lebih tepatnya timbal balik yang setimpal.

 Dan sekarang harus bisa membiasakan diri agar tidak mudah melihat bahkan menilai seseorang dari kesalahan yang diperbuat karena mereka juga manusia, tetapi coba sekali-kali lihat dari potensi yang dimiliki. Dan untuk kesalahannya pasti ada sesuatu yang harus dibayarkan.

Jangan menyesal untuk hal yang sudah terjadi,untuk sekarang fokus mendidik hati agar tidak mudah menghardik orang lain dan menganggap diri lebih baik. Karena terlambat itu lebih baik daripada tidak sama sekali.


Posting Komentar