Sore ini aku masih termangu menatap senja yang hampir menenggelamkan sinarnya. Sembari merenungi masa-masa yang telah berhasil terlewati meski dengan rasa yang tidak bisa dijelaskan bagaimana. Otak kecilku kembali memutar memori 5 tahun silam. Ada banyak pelajaran yang bisa aku ambil di sana.
Aku ingat sekali ketika suatu hari, aku dan dua orang santri yang lain diutus oleh Ustadzah untuk mengikuti lomba MTQ cabang syarhil tingkat Kabupaten/Kota. Kami berlatih siang dan malam untuk memaksimalkan segalanya. Tetapi pada hari perlombaan, justru aku tidak diikutsertakan dalam lomba. Bayangkan saja, betapa kecewanya aku ketika telah mengorbankan waktu dan tenaga untuk berlatih berhari-hari tetapi yang berangkat lomba justru orang lain yang jelas-jelas tidak ikut berlatih! Yang benar saja?Aku ingin marah, tapi entah dengan siapa? Aku tidak bisa menyalahkan siapapun di sini. Aku hanya bisa menangis dan mencurahkan segala kecewaku pada seseorang kala itu.
"Apa susahnya mengomunikasikan terlebih dahulu perihal apa yang terjadi. Agar aku bisa lebih lapang dan tak menuai kecewa lebih dalam" Gumamku yang masih sesenggukan
"Ketika kamu menginginkan sesuatu dan berharap sekali bisa menggapainya tetapi Allah tak pernah ridho, lalu kenapa harus bersedih?" Ucap seseorang kala itu
Kata-katanya membuatku merenung sesaat kemudian berpikir, mengapa aku harus kecewa? Ini sudah pasti ketentuan Tuhan. Ketika aku kecewa dan tidak terima, itu sama saja aku tidak menerima ketentuan Tuhan. Padahal yang terpenting dalam hidup bukan melulu tentang apa yang kita harapkan tetapi tentang bagaimana hidup kita mendapatkan ridho dari Yang Mahakuasa.
"Bisa jadi ketika kamu tetap ikut lomba dan ternyata menang, ada secercah perasaan tinggi hati dalam benak kamu. Sehingga membuat hati yang saat ini bersih menjadi bernoktah. Kamu memang mendapat apresiasi dari manusia tapi apakah hanya sebatas itu tujuan hidupmu? Na'udzubillah, bersyukurlah" Tambahnya lagi
Kali ini kata-katanya tepat mengenai jantungku. Membuatku sadar bahwa Tuhan pasti telah menentukan yang terbaik bagi hamba-Nya. Yang terbaik menurut perhitungan kita belum tentu yang terbaik menurut Tuhan. Sebab perhitungan Tuhan tak pernah sama dengan perhitungan makhluk-Nya.
Memang benar, belajar itu tidak harus selalu buka buku. Terkadang kita bisa mengambil pelajaran dari setiap kejadian dalam hidup.