Isak tangis makin pecah ditengah hutan yang lebat, sebuah sinar mulai nampak dari celah-celah dedaunan, seolah memberi harapan untuk hati yang kosong akan impian.
Menggerutu disetiap pohon dan meratap langit yang kelam, gadis remaja itu membawa alat tajam seraya berkata "pupus sudah mimpiku, aku ingin terbang tapi mereka memotong sayapku."
Tak mengerti taqdir Tuhan tentang hal baik yang akan datang dan hal buruk yang bisa saja menimpa, gadis itu selalu saja mengomentari hal-hal yang tak ia pahami.
Ia merasa setiap keinginannya selalu dibatasi orang lain dan sulit memutuskan masa depannya sendiri. Sampai suatu ketika ia dibawa pergi meninggalkan kampung halaman untuk merantau kesebuah tempat dengan tujuan tholabul ilmi.
Disinilah titik nol perjuangannya dimulai,, semua bayangan negatif tentang tempat barunya menghantui fikiran,, lingkungan kumuh yang membuat tidak betah selalu ia bayangkan. Namun setelah sampai disana, betapa semua angannya selama ini jauh berbeda dengan apa yang dilihatnya didepan, linkungan bersih, lanskap alam dan orang-orang hebat membuatnya sangat takjub, tak pernah terbayangkan bisa menginjakkan kaki, ditempat sekarang.
Teringat dulu bahwa ini bukanlah tujuannya, negara yang terkenal dengan gurun adalah apa yang selalu ia do'akan, tapi Tuhan maha tahu yang terbaik, tak mungkin seorang gadis yang polos itu dibiarkan terlantar dinegeri orang, tak mengerti bahasa apalagi kebudayaan. "Semua akan indah pada waktunya hambaku," perbaiki saja dirimu sekarang supaya layak mendapatkan impianmu itu.
"Bagaimana mungkin Tuhan memberimu sesuatu yang luar biasa, sementara yang kau lakukakan hanyalah hal-hal yang biasa," kata Reza Rendy dalam bukunya "Pola Pertolongan Allah". Jadi, sebenarnya Tuhan itu mampu mengabulkan semua keinginan, tapi pertanyaannya "mampukah kamu menerimanya?",lalu bagaimana dengan kapasitas badanmu dan kapasitas otakmu, sanggupkan ia menapungnya? tentu Tuhan maha tahu batasan kesanggupanmu.
Yakinlah bahwa taqdir-Nya jauh lebih baik daripada ribuan do'amu, kamu meminta apa yang diinginkan, namun Tuhan memberikan apa yang kamu butuhkan, tidak egois bukan, jika Ia hanya ingin mencintaimu dengan cara-Nya.