Ada cerita tentang bagaimana beliau berdebat habis-habisan dengan pengurus masjid lainnya mengenai penulisan nama masjid di tempat beliau mengajar, Masjid An-Nur. Beliau bersikeras bahwa tulisan An-Nur harus ditulis dengan dua huruf u, menjadi An-Nuur, atau dengan huruf u spesial, An-Nūr. Alasannya, itu agar maknanya sesuai.
Maka ketika plang nama masjid terpasang dan hanya tertulis An-Nur, beliau dongkol bukan kepalang.
Ketika beliau mengadu kepada kami, sambil bercanda kami hanya menyarankan agar beliau mencari cat atau lakban untuk membuat garis di atas huruf U, agar tulisannya menjadi An-Nūr.
Begitu pula saat beliau selalu menulis alhamdulillah dengan alchamdulillah. Bukan main girangnya kami mempermainkan tulisan di pesan Whatsapp beliau, kami baca berulang-ulang, alchamdulillah, alchamdulillah.
Beliau dengan sengit membela diri: ch itu lambang huruf ح, kalau ditulis alhamdulillah berarti dengan huruf ه, dan itu merubah makna. Beliau tambahkan: ch itu melambangkan sifat hams huruf ح.
Makin terkekeh kami dibuatnya.
Tapi apa yang menjadi prinsip beliau makin ke sini makin terasa aktual. Bahwa dalam alih bahasa haruslah mengikuti kaidah transliterasi atau transkripsi.
Sampai suatu ketika saat saya mengikuti sholat dzuhur berjamaah di sebuah masjid, telinga saya terusik dengan celotehan dua orang jamaah masjid. Dilihat dari pakaiannya, mereka masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Mereka terkikik saat membaca nama masjid yang tertulis di gerbangnya: ASSHOLIHIN. Mereka ulangi, dan mereka tertawa lagi.
Setelah saya dekati, ternyata mereka memplesetkan nama masjid ini dan dibaca dengan pronunciation bahasa Inggris (silakan terka sendiri bagaimana mereka membacanya).
Keisengan mereka muncul karena kebetulan nama masjid tersebut ditulis dengan tidak mengikuti kaidah penulisan yang benar, selain karena ada tanda baca yang kurang. Tak heran jika maknanya pun berubah 180 derajat.
Saya kemudian sadar. Abi Pras bukan orang yang suka mempermasalahkan hal-hal sepele, tetapi beliau adalah orang yang sangat berhati-hati.
Terima kasih, Abi.
Soleh Sutanto
*Panggilan sayang untuk Pak Prastianto, alumni STIQ Al-Lathifiyyah, kelas regsus 2019
📸 tebak lokasi masjid. 🤣