Arus yang semestinya



"Hidup mengikuti arus" mungkin tidak ada yang salah dalam istilah itu. Tapi mengapa hati terasa kosong, seperti kehilangan sesuatu tapi tidak tau apa yang hilang.

Kemana arah alur ini? Apakah mungkin alur yang kuikuti salah arah, tidak berada di jalur yang semestinya. 

Hari-hari merenungi diri, bagaimana keluar dari jalur yang terlanjur jauh. Ingin kembali memutar waktu akan tetapi terdengar mustahil, ini bukan dunia doraemon. Aku ingin melawan, tapi arusnya terlalu deras. 

Batin terus berbisik, "bagaimana cara memulainya?"

Ternyata ada yang terlupakan, bahwa semua hal yang bagi manusia mustahilpun sangat mudah bagi Allah jika sudah berkehendak.
Inikah hidayah itu? Manis sekali rasanya, semoga rasa ini tidak semu. 

Kasih sayang-Nya terasa nyata. 
Lewat perantara orang-orang terkasih-Nya. 
Mereka hadir mengulurkan tangan. 
Berjalan bersama menunjukan jalan. 

Jiwa yang kosong akhirnya menemukan alur yang semestinya. Meski terseok setidaknya langkah ini tetap beranjak. Tangan ini berusaha menggapai handle nya walau kadang terlepas.

Arus ini belum berakhir... 
Masih mengalir di bumi Lathifiyyah. 

3 komentar

  1. Sampai kapan ingin mengikuti arus?

    Engkau akan terus mengikuti arus sampai...

    Sampai engkau yang memimpin arusnya.🌊
  2. Tulisannya keren, masuk ke hati ketika dibaca. Berasa relate dengan keadaan sendiri dikala itu.
  3. Syukron alhamdulillah kalau gitu