"Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: "Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?" Mereka menjawab: "(Allah telah menurunkan) kebaikan".
Begitulah kira-kira makna firman Allah dalam QS An-Nahl: 30. Ayat di atas menggambarkan pertanyaan Allah kepada orang-orang yang bertakwa mengenai apa pendapat mereka tentang Al-Qur'an. Orang-orang yang bertakwa kemudian menjawab bahwa Al-Qur'an adalah kebaikan. Dalam ayat ini kebaikan merupakan makna yang diambil untuk kata khairan. Lantas, apakah makna kata khair hanya terbatas pada kebaikan saja?
Ternyata di dalam Al-Qur'an banyak makna yang dapat dikandung oleh kata khair. Salah satu makna dalam kata tersebut adalah harta. Ayat ke-8 dalam surah Al-'Ādiyāt dapat diambil sebagai salah satu contohnya.
"Dan sesungguhnya cintanya pada al-khair (harta) benar-benar berlebihan."
Begitu juga dalam QS. Al-Baqarah 180, khair juga bermakna harta,
"Diwajibkan atas kamu, apabila maut hendak menjemput seseorang di antara kamu, jika dia meninggalkan khairan (harta), berwasiat untuk kedua orang tua dan karib kerabat dengan cara yang baik, (sebagai) kewajiban bagi orang-orang yang bertakwa."
Nah, bagaimana jika makna harta dalam kata khair ini kita digunakan untuk menyusun ulang makna QS An-Nahl: 30 di atas?
"Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: "Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?" Mereka menjawab: "(Allah telah menurunkan) harta".
Tentu ayat ini memiliki makna yang lebih dalam jika kata khair dimaknai dengan harta. Bagaimana tidak, sebab Allah mengisyaratkan melalui ayat ini bahwa sifat orang yang bertakwa adalah menjadikan Al-Qur'an sebagai harta mereka.
Apa implikasinya jika makna tersebut yang kita pilih?
Apapun yang seharusnya dilakukan terhadap harta, maka itulah yang harus dilakukan juga untuk Al-Qur'an.
Kita ingin memiliki dan menguasia harta, maka kita juga harus memiliki dan menguasi Al-Qur'an.
Kita ingin mengembangkan harta kita agar bertambah banyak, maka kita juga harus mengembangkan Al-Qur'an agar bertambah faham dan bisa mengamalkannya.
Kita selalu berusaha menjaga harta, maka kita juga harus selalu berusaha menjaga Al-Qur'an, terutama hafalan Al-Qur'an dan makna-maknanya agar tidak menyimpang.
Kita dilarang menyia-nyiakan harta, maka jangan sampai kita juga menyia-nyiakan Al-Qur'an, terutama menyia-nyiakan hafalan.
Kita ingin agar saat kita wafat harta kita diwariskan kepada ahli waris, maka kita juga seharusnya mewariskan Al-Qur'an kepada para generasi setelah kita. Dan seterusnya dan seterusnya.
Semoga kita menjadi hamba-hamba yang bertakwa, yang berhartakan Al-Qur'an. Amin.
(Bersambung)