Di Balik Tabir-Episode 7

Sayap dan Panji

Mereka mulai bercerita tentang pengalamannya saat diuji oleh ustadz, dibuka mata batinnya.

“Kau tahu tidak? Kemarin, kami berdua juga di-tes oleh ustadz, di hari yang sama denganmu, di waktu yang sama. Kau tahu tidak di mana?”

“Di mana memangnya?”, tanyaku.

“Di kamar jenazah.”

Aku jeri dan sangat terkejut mendengarnya. Sungguh tidak habis pikir. Ini di luar nalar. Bayangkan, di kamar jenazah saja sudah merinding, apalagi dibuka mata batin, melihat sosok yang lebih seram, membayangkannya saja membuatku bergidik.

“Di rumah sakit mana, Kak?”

“Rumah sakit desa ini lah. Awalnya ustadz mengajak kami dengan alasan membesuk teman beliau yang sedang sakit di sana. Beliau sengaja minta kami berdua menemaninya. Maka berangkatlah kami mengikutinya.

Sesampainya di sana, beliau bertanya pada perawat, kamar jenazah di sebelah mana? Lalu kami ditunjukkan jalan menuju ke kamar itu. Beliau minta izin ke petugas untuk masuk, dan diizinkan.

Awalnya kami tidak berekspektasi seram dengan kamar jenazah itu, karena kami pikir, ah sudah jadi mayat semua, ya sudahlah, tidak ada yang hidup lagi, lagian juga tertutup kain.

Krek..

Pintu kamar mayat dibuka, kami bertiga masuk ke ruang jenazah itu. Ku lihat sekeliling memang tidak ada apa-apa, hanya kamar biasa yang dipenuhi banyak mayat.

Lalu beberapa menit kemudian,

Splash...!!!

Portal alam ghaib terbuka. Aura magis semerbak menyeruak. Kamar mayat itu tiba-tiba jadi mencekam.

Tiba-tiba terlihat semua makhluk astral yang sangat menyeramkan. Segala bentuk macamnya ada semua di sana. Ada yang bentuk wajahnya hancur, kakinya patah, dan lain sebagainya yang sangat amat mengerikan. Kau tahu? Tubuh kami tersentak melihatnya. Ini di luar ekspektasi kami. Sontak kami berbarengan berteriak histeris lalu berpelukan.



Ternyata ustadz yang telah membuka portal alam ghaib. Bayangkan kau terkurung dalam kamar mayat dengan mata batin terbuka bersama jin-jin di sana", kak Panji berseru menjelaskan kejadian itu.

Aku jeri mendengarnya sekaligus menahan tawa, “Hah demi apa, Kak?”, kataku tak percaya.

“Iya beneran, sampai ustadz terkekeh melihat kami berdua berpelukan. Saking terkejutnya, jantung ini rasanya mau copot, seperti mau mati di tempat.”

Hii, kalau aku di posisi kalian, kayaknya aku ga bakal kuat deh", jawabku bergidik.

“Lebih parahnya lagi, setelah kami berteriak dan berpelukan, ustadz pun keluar meninggalkan kami, beliau mengunci pintu dari luar.

Kami dibiarkan berada di dalam sampai 2 jam terkurung di sana. Saat kami berdua sedang berpelukan sambil terpejam karena takut setengah mati, kami dikejutkan oleh suara pintu yang tertutup. Ketika kami membuka mata, ternyata ustadz sudah tidak ada di sana. Kami pun panik dan berusaha membuka pintu. Ternyata dikunci dari luar.

Pada situasi ini, kami hanya bisa berpasrah diri dan berusaha mencari cara agar tetap tenang, tidak berisik dalam ruangan itu dan tidak mengganggu makhluk di sana.

Kegiatan yang bisa kami lakukan di dalam kamar jenazah hanya diam saja. Diam seribu bahasa selama itu. Diam membisu dan mematung di tempat. Hanya melihat kiri-kanan, ku lihat saja, banyak hantu di sana, lalu saling tatap satu sama lain.

Selama dua jam, pintu pun terbuka. Kami berdua melompat keluar dari sana.

Nyatanya, di luar kamar mayat, asal kau tahu, di koridor rumah sakit, ternyata lebih banyak lagi makhluk astral, hantu-hantu itu berkeliaran, berlalu-lalang.

Secepat kilat, kami berdua kembali masuk ke kamar jenazah. Kami pikir di dalam kamar jauh lebih aman, tidak sebanyak di luar. Di dalam kamar, hantunya tidak bergerak, hanya berdiri diam di tempat. Sedangkan di luar jauh lebih mengerikan.

Karena panik bukan kepalang, kami mengunci pintu dari dalam. Lalu pintu digedor dengan keras oleh ustadz dan berkata, “Hoi kenapa kalian ini?!”

Sayap menjawab di balik pintu, “Ustadz, banyak kali hantu di luar itu.”

“Ya mau gimana lagi, ini kan rumah sakit.” Jawab ustadz.

“Iya, tapi kenapa mereka bergerak gitu?”

Tak lama kemudian,

Splash...!!!

Akhirnya beliau menutup portal alam ghaib sekaligus menutup mata batin kami, lalu berkata. “Sudah-sudah, bukalah pintunya. Lihatlah, sudah tidak ada apa-apa lagi.”

Ternyata benar, saat kami menoleh ke belakang, makhluk di dalam kamar mayat tadi sudah hilang, kami sudah tak melihat apa-apa lagi.

Perlahan kami buka pintu dengan hati-hati penuh harap cemas. Sedikit demi sedikit kami mengintip, ternyata sudah tidak ada lagi, akhirnya kami pun keluar. Kau tahu tidak, betapa tremornya kami. Kaki tangan rasanya gemetaran, panas dingin, panik bukan main", katanya menutup cerita.

Aku yang mendengarnya juga ikut merinding sekaligus menahan tawa karena ulah mereka yang lucu, lalu aku berkomentar,

“Hebat kau Kak, kuat juga mentalmu, gak sampai pingsan.”

“Ya mau gimana lagi, kami berusaha menenangkan diri saja.”

Sebenarnya ada banyak lagi pengalaman anggota ruqyah yang lainnya, tapi yang paling parah adalah cerita kak Sayap dan Kak Panji ini.

Setelah kejadian-kejadian aneh itu, ternyata ada hikmah dibalik ini. Tiap-tiap orang punya pengalaman yang berbeda-beda tergantung tingkat kesulitannya masing-masing.

Begitulah, beberapa dari kami, santri-santri pilihan, pasti akan di-tes oleh ustadz yang mencari kader ruqyah. Maka jadilah aku satu-satunya perempuan yang masuk, bergabung jadi anggota ruqyah.

Kisah nyata ini belum berakhir, masih ada potongan cerita di beberapa episode selanjutnya.

Pernah suatu kali aku ikut meruqyah. Pasca kejadian itu, kami menangani pasien yang kerasukan. Pasiennya orang luar pondok, sengaja datang jauh-jauh ke pondok kami untuk diruqyah, apakah dia berhasil sembuh?


Bersambung...

Posting Komentar