Palembang, Rabu, 30 April 2025,
GooBook Selatan mengadakan kegiatan RemBook sekaligus Grand Opening GooBook
Selatan yang dihadiri pegiat literasi dari berbagai kalangan, seperti mahasiswa
dan masyarakat. GooBook (gubuk) rumah kecil nan bersahaja, sedangkan RemBook,
dibaca "rembuk", adalah amalgamasi morfologis atau blending
(pencampuran kata) dari "rembuk" dan "book".
Diksi "rembuk" memiliki
beragam pemaknaan, di antaranya musyawarah, berunding, dan berbincang.
Sementara kita sudah sama mengetahui kata "book" berarti buku.
Dengan demikian, melalui wadah
"rembook", maksudnya diskusi atau berbincang-bincang ihwal buku yang
bertujuan menghidupi spirit literasi.
Singkatnya, RemBook merupakan
sebuah komunitas buku dimana orang-orang bisa bertukar pikiran ihwal buku dan
segala hal terkait literasi. Sedangkan GooBook yaitu tempat atau spot
orang-orang bisa nongkrong, juga ngebahas buku, atau yang lain, yang mungkin
bisa jadi markas RemBook.
Karenanya, proyeksi utama RemBook
ke depan adalah menjadi semacam wadah atau komunitas bagi para pegiat literasi
dari mana saja dan dari generasi apa saja, sekalipun mulanya ia diinisiasi
oleh Selatan (Komunitas Santri Al-Lathifiyyah dan Ahlul Quran), DEMA
(Dewan Eksekutif Mahasiswa) STIQ Al-Lathifiyyah, dan HAQQAH (Komunitas
Kepenulisan STIQ Al-Lathifiyyah).
Adapun diskusi ini menceritakan
tentang novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori yang diterbitkan oleh
Kepustakaan Populer Gramedia pertama kali tahun 2017, dan masih menjadi salah
satu buku yang paling dicari-cari oleh pembaca. Lewat tokoh-tokoh di dalam buku
ini, pembaca akan diajak untuk menyelami salah satu peristiwa bersejarah
yang cukup kelam di Indonesia, yaitu Tragedi 1998 yang berawal dari krisis
moneter di Indonesia dan Asia yang berujung pada penembakan beberapa aktivis
dan mahasiswa Trisakti serta kerusuhan rasial terhadap etnis Tionghoa.
Novel Laut Bercerita mengisahkan
tentang seorang mahasiswa sekaligus aktivis pada masa Orde Baru. Tokoh yang
paling utama bernama Biru Laut Wibisana. Banyak pembaca mengklaim bahwa novel
ini diangkat dari kisah nyata jika dilihat dari alur ceritanya yang berlatar
belakang era 1990-an hingga 2000-an, karena menghadirkan cerita masa lalu
dengan peristiwa traumatis yang tak terlupakan. Seperti aktivis-aktivis yang
ditangkap oleh rezim yang berkuasa pada masa itu. Mereka yang ditangkap akan
disiksa dan dihilangkan secara paksa, dan Biru Laut beserta kawan-kawan
merupakan aktivis yang diperlakukan buruk dalam cerita tersebut.
Lukman Hakim Husnan, sebagai
koordinator GooBook selatan sekaligus kurator komunitas RemBook menyuarakan
pendapatnya terkait buku karya Leila yang ia baca itu. Dulu, dia yang merupakan
seorang siswa SMP ikut merasakan langsung bagaimana chaos-nya
kondisi di tahun 1998 (bayangkan saja di usia yang segitu sudah ikut ngerasoi rusuhnya
peristiwa di tahun itu). Menurutnya, ke-chaos-an pada masa itu sangat
kacau dan sakit untuk dirasakan. Rasa sakit itu benar-benar terkesan dalam
sanubari yang terdalam. Selain itu, ia juga pernah bertemu dengan Leila yang
pada saat itu mengikuti seminar kepenulisan dengan Leila sebagai pematerinya,
serta Nezar Patria di Komnas HAM, Tempo Institut, dll.
Salah satu audiens, Riza Rahmayati,
juga ikut memberikan pendapatnya tentang isi dari novel Laut Bercerita. Ia
menyampaikan bahwa buku yang ia baca itu menceritakan masa kelam Indonesia yang
dijajah oleh orang-orang dalam mereka sendiri. Kekejaman yang dilakukan oleh
rezim-rezim pemerintah yang tidak manusiawi bukanlah perlakuan yang dapat
dimaafkan dan dilupakan begitu saja. Tanpa jasa para aktivis atau pahlawan
bangsa yang memerjuangkan hak-hak banyak orang, atau hak asasi manusia, kita
tidak akan terbebas dari kebengisan-kebengisan yang dilakukan pada zaman itu.
Secara tidak langsung aktivis-aktivis tersebut menyelamatkan kita dari para
penjahat bangsa. Sangat disayangkan bahwa mereka yang berlaku keji sekarang ini
ikut duduk di bangku nyaman istana kenegaraan. Sudah seharusnya sebagai
masyarakat untuk aware terhadap politik. Meski politik itu
kejam, tetapi dengan kita aware itulah sebagai cara agar kita
tidak terus ditindas dan diinjak-injak oleh mafia-mafia korup yang mengutamakan
isi perut daripada kesejahteraan masyarakat.
Dari kedua cerita itu kita bisa ambil hikmah antara orang yang mengalami secara langsung dengan yang tidak langsung. Kalau kita tarik benang merahnya yang satu bercerita dengan pengalaman, satunya lagi dengan membaca kisah orang yang mengalami rasanya tentu sangat berbeda. Namun sebagai reader, karya tulis yang dikarang orang lain juga dapat dirasakan oleh si pembaca dengan cara mengeksplor apa yang tertulis dalam buku itu. Secara tidak langsung pembaca juga merasakan hal yang sama seperti pengarang buku.
Masih banyak audiens yang juga ikut menyuarakan pendapatnya tentang buku Laut Bercerita karya Leila S. Chudori di acara RemBook. Sebagaimana RemBook itu sendiri adalah diskusi perihal buku atau segala hal terkait literasi, atau ngobrol hal-hal lain dengan GooBook sebagai markasnya. Harapannya, dengan diadakan komunitas semacam ini dapat menarik minat agar gemar membaca dan berinteraksi dengan banyak orang lainnya.